Inovasi dalam cerita Ketoprak Anglingdarma

Ketoprak, sebagai salah satu jenis teater daerah Jawa, pertama kali muncul di Yogyakarta sekitar tahun 1925. Cerita yang dipentaskan mula-mula bersumber dari dongeng seperti Jaka Tarub, Piti Tumpa, dan Panji, kemudian meningkat ke cerita adaptasi seperti Menak, Sam Pek Ing Tay, dan Si Jin Kui (Harym...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Nugroho, Akhmad (Author)
Format: EJournal Article
Published: Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada, 2012-08-04.
Subjects:
Online Access:Get Fulltext
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Ketoprak, sebagai salah satu jenis teater daerah Jawa, pertama kali muncul di Yogyakarta sekitar tahun 1925. Cerita yang dipentaskan mula-mula bersumber dari dongeng seperti Jaka Tarub, Piti Tumpa, dan Panji, kemudian meningkat ke cerita adaptasi seperti Menak, Sam Pek Ing Tay, dan Si Jin Kui (Harymawan, l993:229). Dari segi cerita itulah, ketoprak menunjukkan adanya perubahan sesuai dengan kreativitas pengarangnya. Kebaruan-kebaruan juga terjadi pada sastra daerah lain di Indonesia ini., seperti dalam sastra daerah Minangkabau, drama Puti Bungsu karya Wisran Hadi adalah resepsi warisan budaya lama Minangkabau yang diciptakan kembali sesuai dengan konteks masa kini (Teeuw, l988:216). Wisran Hadi dalam dramanya itu menggunakan beberapa sumber, pertama-tama tentu saja Malin Kundang, kemudian kedua Malin Deman, dan bahkan mengambil sumber yang ketiga Sangkuriang dari Sunda (Junus, l985:39). Wisran Hadi juga menulis teks sandiwara Cindua Mato yang dapat dihubungkan dengan mitos Minangkabau Cindua Mato, tampak hubungan tradisi dan modernitasnya (Esten, l992).
Item Description:https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/786