Epidural Analgesia Kolaborasi Dokter Anestesi dan Dokter Bedah Syaraf untuk Penanganan Nyeri Pascaoperasi Tulang Belakang

Latar Belakang: Nyeri pascaoperasi masih merupakan masalah utama pasien pascaoperasi dan menjadi tanggung jawab bersama dokter anestesi dan dokter bedah. Operasi tulang belakang menyebabkan nyeri pascaoperasi yang berat. Epidural analgesia menghasilkan skor nyeri lebih rendah dan kebutuhan rescue an...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Sutiyono, Doso (Author)
Format: EJournal Article
Published: Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif, 2019-11-01.
Subjects:
Online Access:Get Fulltext
Get Fulltext
Get Fulltext
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
LEADER 04235 am a22003253u 4500
001 JAI_UNDIP_26710_16260
042 |a dc 
100 1 0 |a Sutiyono, Doso  |e author 
100 1 0 |e contributor 
245 0 0 |a Epidural Analgesia Kolaborasi Dokter Anestesi dan Dokter Bedah Syaraf untuk Penanganan Nyeri Pascaoperasi Tulang Belakang 
260 |b Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif,   |c 2019-11-01. 
500 |a https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/26710 
520 |a Latar Belakang: Nyeri pascaoperasi masih merupakan masalah utama pasien pascaoperasi dan menjadi tanggung jawab bersama dokter anestesi dan dokter bedah. Operasi tulang belakang menyebabkan nyeri pascaoperasi yang berat. Epidural analgesia menghasilkan skor nyeri lebih rendah dan kebutuhan rescue analgetic lebih sedikit dibanding analgesia konvensional sistemik pada operasi tulang belakang.Laporan kasus ini bertujuan memperkenalkan epidural analgesia untuk penanganan nyeri operasi tulang belakang di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kami laporkan dua kasus penanganan nyeri pascaoperasi pasien yang operasi tulang belakang dengan modal utama epidural analgesia yang merupakan hasil kolaborasi dokter anestesi dan dokter bedah syaraf.Kasus: Pasien 1 menderita paraplegi inferior flacid karena fraktur kompresi T11 - T12, pasien 2 menderita hernia nucleus pulposus (HNP) L4 - L5, L5 - S1. Keduanya menjalani operasi tulang belakang. Menjelang akhir tindakan operasi, dokter bedah syaraf   memasang kateter epidural di ruang epidural. Setelah luka operasi ditutup, bupivakain 0,125% bolus 10 ml disuntikan lewat kateter epidural sesaat setelah pasien ditelentangkan. Nyeri pascaoperasi dikelola dengan memberikan bupivakain 0,125 % kontinyu. Pasien juga mendapatkan paracetamol 1000 mg tiap 6 jam.Pembahasan: Epidural analgesia untuk operasi tulang belakang dapat diberikan sebelum operasi, selama operasi, atau akhir operasi. Obat yang diinjeksikan dapat merupakan obat lokal anestesi, opioid, atau kombinasinya. Pemberian obat dapat berupa bolus tunggal, infus kontinyu, atau patient control epidural analgesia (PCEA). Beberapa keuntungan yang didapat berupa skor nyeri yang lebih rendah, kebutuhan opioid lebih sedikit, pemulihan peristaltik usus yang lebih cepat, insiden mual muntah lebih rendah, kehilangan darah durante operasi lebih sedikit, dan tingkat kepuasan pasien lebih tinggi.Epidural analgesia untuk menghilangkan rasa nyeri pascaoperasi bedah tulang belakang merupakan metode efektif dan aman. Teknik ini dapat digunakan di semua jenis operasi tulang belakang seperti mikrodisektomi, laminektomi, instrumentasi dengan atau tanpa koreksi, dan koreksi skoliosis.Pada pasien kasus didapatkan pascaoperasi kondisi ke dua pasien stabil tak ada keluhan. Numeric rating scale (NRS) selama 48 jam pascaoperasi ≤ 2. Hemodinamik stabil.  Efek samping tindakan tidak ditemukan.Kesimpulan: Pemasangan kateter epidural menjelang akhir operasi memastikan kateter epidural ditempatkan pada lokasi yang tepat. Epidural analgesia pada operasi tulang belakang terbukti efektif mengelola nyeri pascaoperasi. 
540 |a Copyright (c) 2019 JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 
546 |a eng 
690
690 |a epidural anelgesia; epidural kateter; HNP; nyeri pascaoperasi; operasi tulang belakang 
655 7 |a info:eu-repo/semantics/article  |2 local 
655 7 |a info:eu-repo/semantics/publishedVersion  |2 local 
655 7 |2 local 
655 7 |2 local 
786 0 |n JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia); Vol 11, No 3 (2019): Jurnal Anestesiologi Indonesia; 153-163 
786 0 |n 2089-970X 
786 0 |n 2337-5124 
787 0 |n https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/26710/16260 
787 0 |n https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/downloadSuppFile/26710/4379 
787 0 |n https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/downloadSuppFile/26710/4510 
856 4 1 |u https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/26710/16260  |z Get Fulltext 
856 4 1 |u https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/downloadSuppFile/26710/4379  |z Get Fulltext 
856 4 1 |u https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/downloadSuppFile/26710/4510  |z Get Fulltext