Ablasi Radiofrekuensi pada Neuralgia Trigeminal dengan Panduan Fluoroskopi

Latar belakang: Neuralgia trigeminal adalah nyeri yang paling berat yang ada di dunia, diungkapkan oleh Peter J. Jannetta, MD. Patofisiologi neuralgia trigeminal masih tidak jelas.Kasus: Seorang pria 59 tahun datang ke klinik nyeri dengan keluhan nyeri hebat pada wajah sebelah kanan didiagnosa denga...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Santosa, Wignyo (Author)
Format: EJournal Article
Published: Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif, 2020-03-01.
Subjects:
Online Access:Get Fulltext
Get Fulltext
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
LEADER 03457 am a22003013u 4500
001 JAI_UNDIP_28143_17540
042 |a dc 
100 1 0 |a Santosa, Wignyo  |e author 
100 1 0 |e contributor 
245 0 0 |a Ablasi Radiofrekuensi pada Neuralgia Trigeminal dengan Panduan Fluoroskopi 
260 |b Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif,   |c 2020-03-01. 
500 |a https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/28143 
520 |a Latar belakang: Neuralgia trigeminal adalah nyeri yang paling berat yang ada di dunia, diungkapkan oleh Peter J. Jannetta, MD. Patofisiologi neuralgia trigeminal masih tidak jelas.Kasus: Seorang pria 59 tahun datang ke klinik nyeri dengan keluhan nyeri hebat pada wajah sebelah kanan didiagnosa dengan neuralgia trigeminal. Pasien datang ke klinik dengan nyeri hebat dan visual analog scale (VAS) >8. Untuk mengurangi nyeri dengan segera, dilakukan blok anestesi lokal dengan panduan ultrasonografi (USG). Ablasi radiofrekuensi (RF) pada nervus trigeminal dengan panduan fluoroskopi (C-arm) diberikan kepada pasien. Laporan kasus ini bertujuan untuk melaporkan manfaat terapi RF dengan panduan fluoroskopi dalam meredakan nyeri berat.Pembahasan: Parameter stimulasi diukur untuk menyimpulkan efektivitas terapi, seperti fungsi motorik: harus ada sedikit atau tidak ada kontraksi dari otot masseter, pasien dapat dibangunkan dan merasakan rangsangan stimulasi, dengan menghentikan sedasi propofol, dan stimulasi sensorik dapat dilakukan pada 50 Hz. Parestesia harus dirasakan antara 0,05 dan 0,2 V di daerah yang sesuai dengan lokasi nyeri pasien. Setelah parestesia yang tepat, suhu dipasang pada 60°C, terapi RF bisa dilakukan selama 60 detik dan dapat diulang lagi pada suhu yang sama (60°C). Refleks kornea diuji dan pasien dievaluasi terjadinya hypoesthesia sesuai dermatomnya. Dilakukan RF ketiga pada 65°C selama 60 detik, dan RF keempat dilakukan pada 70°C selama 60 detik. Pada pasien ini dilakukan terapi RF dengan panduan fluoroskopi pada (V1, V2, V3) dengan hasil yang sangat memuaskan, ketika pasien datang ke klinik nilai visual analog scale (VAS) nya >8, setelah mendapatkan terapi RF nilai VAS nya turun menjadi 0.Kesimpulan: Rekomendasi pengobatan RF untuk kasus neuralgia trigeminal adalah 2B+. Pasien dengan nyeri kronis berat akibat neuralgia trigeminal dan mendapatkan terapi RF dengan panduan fluoroskopi mendapatkan hasil yang sangat memuaskan, ditandai dengan penurunan VAS yang sangat berarti dari VAS saat datang >8 menjadi 0. 
540 |a Copyright (c) 2020 JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 
546 |a eng 
690 |a Medicine Anesthesia 
690 |a ablasi radiofrekuensi ; anestesi; neuralgia trigeminal; panduan fluoroskopi; skor VAS 
655 7 |a info:eu-repo/semantics/article  |2 local 
655 7 |a info:eu-repo/semantics/publishedVersion  |2 local 
655 7 |2 local 
655 7 |a case report  |2 local 
786 0 |n JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia); Vol 12, No 1 (2020): Jurnal Anestesiologi Indonesia; 32-39 
786 0 |n 2089-970X 
786 0 |n 2337-5124 
787 0 |n https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/28143/17540 
787 0 |n https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/downloadSuppFile/28143/5766 
856 4 1 |u https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/28143/17540  |z Get Fulltext 
856 4 1 |u https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/downloadSuppFile/28143/5766  |z Get Fulltext