Bianglala Kehidupan Bagindo Tan Labih : Sumando dan Dubalang Tuanku Imam Bonjol yang setia (1799-1888)

Buku berjudul "Bagindo Tan Labieh,Pejuang dan Pemersatu Budaya Minangkabau dan Manado" berhasil kami susun dan disajikan untuk para peminat sejarah di tanah air. Buku ini merekonstrusi satu episode sejarah mengenai peranan seorang pejuang, Bagindo Tan Labieh, dalam melawan kolonialisme Bel...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Aboe, Sjafnir Aboe (Author)
Format: Academic Paper
Published: Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, 2016-12.
Subjects:
Online Access:Get Fulltext
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
LEADER 02538 am a22002653u 4500
001 repokemdikbud_10308_
042 |a dc 
100 1 0 |a Aboe, Sjafnir Aboe  |e author 
245 0 0 |a Bianglala Kehidupan Bagindo Tan Labih : Sumando dan Dubalang Tuanku Imam Bonjol yang setia (1799-1888) 
260 |b Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat,   |c 2016-12. 
500 |a http://repositori.kemdikbud.go.id/10308/1/Bagindo%20Tan%20Labih.pdf 
520 |a Buku berjudul "Bagindo Tan Labieh,Pejuang dan Pemersatu Budaya Minangkabau dan Manado" berhasil kami susun dan disajikan untuk para peminat sejarah di tanah air. Buku ini merekonstrusi satu episode sejarah mengenai peranan seorang pejuang, Bagindo Tan Labieh, dalam melawan kolonialisme Belanda. Sebagai pewaris Raja Ulakan/Kuraitaji, Bagindo Tan Labieh prihatin dengan politik pecah belah Belanda untuk menguasai Rantau Pariaman dan pelabuhan dagang di pantai barat Sumatera. Ia tinggalkan Ulakan dan Kuraitaji, sebagai pewaris raja dan bergabung dengan Tuanku Imam, seorang tokoh Gerakan Padri di Bonjol. Sehubungan dengan itu, dua sumber utama berasal dari dokumen pribumi pelaku Gerakan Padri menceritakan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, baik di Rantau Pariaman, maupun kawasan Bonjol. Kedua sumber itu adalah Surat Keterangan Fakih Saghir ditulis sendiri pada tahun 1829 (oleh Mak Tjik nama panggilan Fakih Saghir) dan Naskah Tuanku Imam Bonjol, bagian pertama yang ditulis lebih awal dari tahun 1849 oleh Tuanku Imam Bonjol sendiri dan bagian kedua ditulis oleh keturunan beliau Sutan Caniago tahun 1868. Sumber lain, adalah buku J.C Boelhouwer, Kenangkenangan di Sumatra Barat Selama Tahun-tahun 1831-1834, salah satu dari banyak buku yang harus disimak isinya dalam rangka merekonstruksi sedekat mungkin keadaan sosio-politik dan budaya Rantau Pariaman dan sekitarnya awal abad ke-19. Buku ini sangat menarik secara tekstual, dapat dianggap sebagai memoar (dalam pengertian terbatas), di sisi lain sebagai salah satu sumber sejarah tentang Minangkabau. Sebagai rekaman sejumlah catatan kenang-kenangan yang ditulis oleh orang Belanda yang terlibat dalam Perang Padri. 
540 |a cc_by_nc_4 
546 |a id 
690 |a Siswa 
690 |a Kebudayaan 
690 |a Nilai Budaya 
690 |a Naskah Kuno 
690 |a Tokoh Nasional 
690 |a Sejarah Indonesia 
690 |a Buku Sekolah 
655 7 |a Book  |2 local 
655 7 |a PeerReviewed  |2 local 
787 0 |n http://repositori.kemdikbud.go.id/10308/ 
856 4 1 |u http://repositori.kemdikbud.go.id/10308/  |z Get Fulltext