AMERTA 34 nomor 1

Dwi Yani Yuniawati Umar Keterkaitan Etnis Da'a di Wilayah Pedalaman Pegunungan Gawalise, Sulawesi Bagian Tengah, dengan Populasi Australomelanesid di Sulawesi Bukti adanya hunian dan budaya manusia modern awal berkarakter ras Australomelanesid di Indonesia adalah bahwa 60.000-40.000 tahun yang...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Umar, Dwi Yani Yuniawati (Author), Nastiti, Titi Surti dkk (Author), Kieven, Lydia (Author), -, Wajidi (Author), Purnawibowo, Stanov (Author)
Format: Academic Paper
Published: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 2016-06.
Subjects:
Online Access:Get Fulltext
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Dwi Yani Yuniawati Umar Keterkaitan Etnis Da'a di Wilayah Pedalaman Pegunungan Gawalise, Sulawesi Bagian Tengah, dengan Populasi Australomelanesid di Sulawesi Bukti adanya hunian dan budaya manusia modern awal berkarakter ras Australomelanesid di Indonesia adalah bahwa 60.000-40.000 tahun yang lalu telah ada jejak hunian di sejumlah kawasan di Indonesia, termasuk ke wilayah Sulawesi. Hal ini terlihat dari bukti-bukti hunian gua-gua di kawasan Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan dan hunian situs bentang alam terbuka di Passo, Minahasa (Sulawesi Utara). Akan tetapi jejak hunian itu tidak ditemukan di bagian Sulawesi lainnya seperti di Sulawesi bagian tengah. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Tujuannya untuk mengetahui jejak kehadiran populasi manusia modern awal yang berkarakter ras Australomelanesid di Sulawesi bagian tengah. Metode yang digunakan adalah metode survei melalui kajian atau pendekatan etnoarkeologi. Hasil yang diperoleh adalah menemukan etnik Da'a yang memiliki karakter ras Australomelanesid yang diduga merupakan sisa-sisa populasi manusia modern awal. Akan tetapi dalam kehidupannya sekarang budaya dan bahasanya sudah menggunakan budaya dan bahasa Austronesia yang masuk ke Sulawesi sekitar 4000 tahun yang lalu. Dengan ditemukannya komunitas etnik Da'a ini menghasilkan hipotesis baru dan memperkuat hipotesis lama tentang keberadaan manusia modern awal di Sulawesi. Titi Surti Nastiti, Yusmaini Eriawati, Fadhlan S. Intan, dan Arfian Situs Wonoboyo di DAS Bengawan Solo, Wonogiri: Identifikasi Desa Paparahuan dalam Prasasti Tlaŋ (904 M) Desa Paparahuan yang disebutkan dalam Prasasti Tlaŋ (904 M) oleh W.F. Stutterheim diidentifikasikan dengan Dukuh Praon yang berada di sebelah barat Gunung Gandul, di Kabupaten Wonogiri. Akan tetapi dari hasil penelitian diketahui bahwa di sebelah barat Gunung Gandul tidak ada dukuh yang bernama Dukuh Praon. Sehubungan dengan itu maka tulisan ini bertujuan untuk mencari lokasi Desa Paparahuan yang harusnya berada di DAS Bengawan Solo, karena dalam prasasti disebutkan sebagai desa yang dijadikan tempat penyeberangan. Metode yang dipakai adalah metode deskriptif dan metode komparatif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Desa Paparahuan diidentifikasikan dengan Situs Wonoboyo yang terletak di DAS Bengawan Solo, di Dusun Jatirejo, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Lydia Kieven Pañji dan Candrakirana, Hilang karena Terpisah - Tiga Arca Kuno Periode Jawa Timur Makalah ini membahas tiga arca, satu arca lelaki dan dua arca perempuan, yang berasal dari periode Jawa Timur (sekitar 1450 M). Arca lelaki yang biasa ditemukenali sebagai tokoh mitologis, yaitu Raden Pañji, dalam penggambaran aslinya didampingi oleh arca yang menggambarkan Putri Candrakirana sebagai pasangannya. Arca ini sudah hilang. Sebuah arca perempuan lain yang masih ada juga diyakini sebagai representasi Candrakirana. Berdasarkan metode ikonologi yang digunakan di dalam penelitian ini, tulisan ini membahas ikonografi, gaya dan perbandingan penggambaran tiga figur ini, serta mendiskusikan tempat pembuatan, asal-usulnya, dan kisah hidupnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setidaknya terdapat dua pasang penggambaran Pañji dan Candrakirana, dan kemungkinan masih banyak lagi yang belum ditemukenali. Pemujaan Pañji dan Candrakirana sebagai semi-manusia dan semi-dewa adalah bagian religiusitas spesifik dalam zaman Majapahit. Wajidi Inskripsi Pernyataan Kematian pada Kompleks Makam Qadhi Jafri, Sosok Ulama dan Ahli Waris Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Kajian ini bertujuan untuk (1) mengetahui riwayat hidup Qadhi Jafri; (2) menggambarkan tata letak Kompleks Makam Qadhi Jafri; (3) mendeskripsikan pernyataan kematian pada Kompleks Makam Qadhi Jafri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menggabungkan penelitian sejarah dengan pendekatan Arkeologi Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Qadhi Jafri adalah seorang ulama, buyut dari ulama besar Kalimantan, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.Kompleks Makam Qadhi Jafri berisi 36 makam yang berada dalam beberapa jirat. Selain makam Qadhi Jafri, tulisan yang berupa pernyataan kematian juga terdapat pada makam mertua Qadhi Jafri, yakni Haji Abdul Aziz (Kiai Demang Wangsa Negara) dan istri, dan makam Haji Muhammad Nur bin Haji Mustafa. Adanya tulisan pernyataan kematian tidak terlepas dari agama Islam serta pemahaman bahwa kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Orang yang meninggal tetap hidup, tetapi rohnya berpindah tempat dari alam dunia ke alam barzakh. Stanov Purnawibowo dan Lucas Partanda Koestoro Analisis Stakeholders dalam Pengelolaan Sumber Daya Arkeologi di Kota Cina, Medan Analisis stakeholders bertujuan untuk mengetahui potensi dan kebijakan pengelolaan konflik antarpemangku kepentingan di kawasan Kota Cina, Medan. Metode yang digunakan berupa mengklasifikasikan sejumlah isu yang terkait dengan pengelolaan tinggalan arkeologis di Kota Cina. Isu tersebut memberikan gambaran umum tentang potensi konflik yang terjadi di Kota Cina. Potensi konflik itu selanjutnya dianalisis dengan menggunakan salah satu alat analisis konflik, yaitu analisis bawang bombay. Hasil analisis menunjukkan adanya kesamaan kebutuhan yang menjadi simpul konflik, yaitu penggunaan lahan. Pengelolaan konflik yang baik untuk jangka panjang dalam proses pengelolaan Kota Cina adalah dengan negosiasi. Negosiasi dapat berupa musyawarah untuk menemukan kesepakatan bersama yang mampu mengakomodasi para pemangku kepentingan. Kesepakatan tersebut terkait dengan pemberdayaan warga masyarakat di sekitar Kota Cina, khususnya para pemilik lahan, dalam mewujudkan sikap positif dan kesadaran mereka terhadap pelestarian sumber daya arkeologis di Kota Cina.
Item Description:http://repositori.kemdikbud.go.id/1301/1/amerta34%20%281%29.pdf