KALPATARU Majalah Arkeologi vol 22 nomor 2

Persebaran Karst di Beberapa Pulau-pulau Terluar Indonesia dan Prospeknya pada Penelitian Arkeologi Indonesia Oleh: Robby Ko King Tjoen, lembaga Karst Indonesia Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 menetapkan adanya 92 pulau terluar yang berbatasan dengan Malaysia, Vietnam, Filipina, Palau, Austra...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Tjoen, Robby Ko King (Author), Ririmasse, Marlon NR (Author), Prasetyo, Bagyo (Author), Taim, Eka Asih Putrina (Author), Wibisono, Sonny C (Author)
Format: Academic Paper
Published: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 2013.
Subjects:
Online Access:Get Fulltext
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Persebaran Karst di Beberapa Pulau-pulau Terluar Indonesia dan Prospeknya pada Penelitian Arkeologi Indonesia Oleh: Robby Ko King Tjoen, lembaga Karst Indonesia Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 menetapkan adanya 92 pulau terluar yang berbatasan dengan Malaysia, Vietnam, Filipina, Palau, Australia, Timar Leste, India, Singapura, dan Papua Nugini. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa 12 di antaranya sebagai "karang", "batu karang", "terumbu karang", tanpa gua-gua. Hanya sedikit pulau yang luas dan memiliki gua-gua karst. dan dinamakan pulau "batu kapur", "batu gamping", "gamping". Beberapa pulau lainnya dilaporkan terdiri dari "batuan andesit' dan "batuan sedimen". Cukup banyak yang tidak dideskripsi segi geologi-petrologinya. Data flora dan faunanya sangat sedikit. Hanya beberapa pulau terluar yang berpenghuni. Apakah di antara pulau-pulau itu, yang berbatu gamping dan sudah mengalami proses karstifikasi dengan adanya gua-gua, bemilai arkeologi? Hal ini membutuhkan kajian yang lebih mendalam, terutama karena menyangkut waktu (time), ruang (space), perubahan (change), dan kesinambungan (continuity). Arkeologi Pulau Terluar di Maluku: Survei Arkeologi Pulau Masela Oleh: Marlon Ririmasse, Balai Arkeologi Ambon Masela adalah satu di antara sembilan puluh dua pulau terluar yang ada di Indonesia. Terletak di ujung selatan Kepulauan Maluku, pulau ini merupakan bagian dari bentang luas pulau-pulau yang berbatasan dengan daratan besar Australia. Memiliki nilai strategis secara geografis dan geohistoris, kajian arkeologis atas pulau ini belum pemah dilakukan.Tulisan ini adalah rekam hasil penelitian arkeologis perdana di Pulau Masela yang dilakukan pada paruh kedua tahun 2012. Tulisan ini merupakan upaya lebih jauh untuk memahami wajah sejarah budaya Masela dengan mengamati segenap potensi arkeologis di wilayah ini yang telah direkam melalui sudut pandang arkeologi pulau terluar. Survei penjajakan diadopsi sebagai pendekatan untuk merekam secara luas ragam bukti materi masa lalu yang tersebar di pulau ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pulau Masela menunjukan tiga karakter khas dalam kaitan dengan potensi arkeologis di wilayah ini: konstruksi dan distribusi pemukiman kuna; jejak penguburan tradisional; dan situs­situs terkait sejarah lokal. Pengembangan tema penelitian terkait ketiga potensi, kiranya dapat diinisiasi melalui pendalaman kajian atas situs-situs pemukiman kuna di wilayah ini. Persebaran dan Bentuk-bentuk Megalitik Indonesia: Sebuah Pendekatan Kawasan Oleh: Bagyo Prasetyo, Pusat Arkeologi Nasional Studi tentang arkeologi kawasan dilandasi oleh pemikiran bahwa ruang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup manusia. Demikian pula dengan kawasan Megalitik Indonesia, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji. Hadimya budaya megalitik di lingkup makro dengan berbagai jenisnya memberikan informasi yang sangat berharga sebagai titik tolak kajian arkeologi kawasan serta mata rantai kesinambungan budaya megalitik di Nusantara. Studi Kewilayahan dalam Penelitian Peradaban Sriwijaya 0/eh: Eka Asih Putrina Taim, Pusat Arkeologi Nasional Kerajaan Sriwijaya memiliki peradaban yang tersebar di seluruh wilayah yang berada di bawah kekuasaannya, tidak hanya di Sumatra bagian selatan, tetapi di seluruh wilayah Nusantara bahkan di wilayah Asia Tenggara. Hasil studi arkeologi mengenai peradaban Sriwijaya masih bersifat spatial, belum dapat menggambarkan posisi dan fungsi antara satu situs Sriwijaya dengan situs Sriwijaya lain, baik dalam lingkup nasional maupun intemasional. Studi atau penelitian Sriwijaya diperlukan secara integritas dalam suatu kawasan untuk mendapatkan hasil secara holistik, tidak terpisah-pisah oleh batasan wilayah, baik secara administratif maupun kewilayahan geografis. Dalam makalah ini akan dicoba untuk membahas mengenai penelitian berorientasi kawasan yang tidak dipisah-pisah baik secara geografis, administratif, maupun wilayah kerja.
Item Description:http://repositori.kemdikbud.go.id/1331/1/kalpataru%2022%20no%202..PDF