KALPATARU Majalah Arkeologi vol 24 nomor 1

GUA KJDANG, HUNIAN GUA KALA HOLOSEN DI DAS SOLO Kidang Cave, a Holocene Habitation along the Solo River lndah Asikin Nuraoi1 dao Agus Tri Hascaryo2 Gua Kidang merupakan hunian manusia prasejarah yang diteliti Balai Arkeologi Yogyakarta sejak tahun 2005 dan masih berlanjut sarnpai sekarang. Berdasark...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Fauzi, M. Ruly (Author), Nurani, lndah Asikin (Author), Nastiti, Titi Surti (Author), Savitri, Mimi (Author), Intan, M.Fadlan S. (Author)
Format: Academic Paper
Published: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 2015-05.
Subjects:
Online Access:Get Fulltext
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:GUA KJDANG, HUNIAN GUA KALA HOLOSEN DI DAS SOLO Kidang Cave, a Holocene Habitation along the Solo River lndah Asikin Nuraoi1 dao Agus Tri Hascaryo2 Gua Kidang merupakan hunian manusia prasejarah yang diteliti Balai Arkeologi Yogyakarta sejak tahun 2005 dan masih berlanjut sarnpai sekarang. Berdasarkan survei permukaan di seluruh kawasan karst Blora, Gua Kidang adalah satu-satunya gua yang layak huni. Hal tersebut didasarkan pada morfologi lahan, sirkulasi sinar matahari, kemiringan, kelembaban, serta temuan permukaan. Tujuan penulisan ini adalah untuk menelusuri dan mengungkap jejak lokasi situs yang menjembatani kesinambungan antara kebudayaan Pleistosen dan Holosen yang mas1h gelap. Selain itu, menarik untuk dikaji lebih jauh adalah lokasi gua ini dikelilingi situs­situs Pleistosen, yang pada hasil penelitian terakhir pada tahun 2013, memberikan titik terang. Metode yang digunakan adalah ekskavasi di Gua Kidang dan analisis terhadap temuan-temuan arkeologis, stratigrafi dan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian selama tujuh kali, disimpulkan bahwa Gua Kidang merupakan gua yang intensif dihuni manusia prasejarah dengan tinggalan yang lengkap, berupa artefak, fitur, dan ekofak, serta rangka Homo sapiens. PRASASTI TLAD (904 M.): DESA PERDIKAN UNTUK TEMPAT PENYEBERANGAN MASA MATARAM KUNA Titi Surti Nastiti Prasasti TlaJJ yang dikeluarkan oleh Sn Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitng SrT Dharrnmodaya Mahasambhu pada tanggal 6 parogelap bulan Posya tahun 825 Saka (11 Januari 903 M.) menyebutkan nama desa tempat penyeberangan di tepi Bengawan Solo, yaitu Desa Paparahuan. Untuk pembiayaannya, Desa Tlal), Desa Mahe/Mahai, dan Desa Paparahuan dijadikan desa perdikan. Tulisan ini bertujuan untuk membaca ulang Prasasti Tlal) dan mengidentifikasi Prasasti Wonoboyo serta mengidentifikasi desa-desa yang disebutkan dalam prasasti. Adapun metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode deskriptif analitis dan metode komparatif. Dari hasil penelitian dapat diidentifikasi dua dcsa, yaitu Desa Teleng dan Desa Paparahuan. Sementara Desa Mahe/Mahai masih belum dapat diidentifikasi dimana lokasinya. Sebagai kesimpulan dapat disebutkan bahwa selain dapat mengidentifikasi dua desa yang disebutkan dalam Prasasti Tlal) l dan Tia!) II, juga dapat mengidentifikasi Prasasti Wonoboyo sebagai Prasasti TlaJJ III. PERAN MAGIS-RELIGIUS BENGAWAN SO LO DALAM PENDI RIAN KOTASU RAKARTAABAD KE-18 The Magical-Religious Role of Bengawan Solo in the Establishment of Surakarta City in 18th Century Mimi Savitri Peran magis religius Bengawan Solo adalah penting bagi pendirian Kota Surakarta. Peran ini berkaitan dengan kekuatan gaib, roh halus, dan atau roh-roh nenek moyang yang ada pada sungai khususnya di daerah pertemuan dua sungai. Kepercayaan terhadap kekuatan gaib merupakan hal mendasar dalam kehidupan orang Jawa, akan tetapi hal tersebut kurang mendapat perhatian dari para ahli sejarah maupun arkeologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperluas wawasan mengenai kepercayaan orang Jawa terhadap kekuatan gaib dan roh halus yang ada pada tempat tinggal mereka. Survei, fenomenologi, dan kajian pustaka adalah metode yang digunakan untuk mengungkap lebih dalam peran magis religius dari sungai tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah peran magis religius Bengawan Solo terhadap Kota Surakarta, yaitu daerah sekitar pertemuan dua sungai karena dianggap sakral dan kepercayaan terhadap konsep kosmologi Jawa, bahwa sungai merupakan bagian penting dalam pembentukan tata ruang kota. Penelitian ini sekaligus membuktikan adanya kontinuitas budaya yang hidup di masyarakat sekitar Bengawan Solo sejak dahulu hingga kini. ANALISIS TEKNOLOGI LABORATORIS TEMBIKAR DARI SITUS-SITUS DAS BENGAWAN SOLO, KABUPATEN BOJONEGORO, PROVINS! JAWA TIMUR M.Fadlan S. . Tembikar merupakan salab satu sisa benda budaya yang paling sering ditemukan dalam penelitian arkeologi, yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Analisis teknologi laboratoris tembikar dari situs-situs di DAS Bengawan Solo Bojonegoro, bertujuan untuk memperoleh hasil yang akurat tentang sifat fisik dan sifat kimia. Melalui kajian analisis teknologi laboratoris dapat digambarkan kualitas tembikar yang dibuat oleh para pengrajin pada masa lampau. Berdasarkan hasil analisis teknologi laboratoris tembikar dari situs-situs DAS Bengawan Solo, Bojonegoro mempunyai kualitas sedang hingga kualitas baik. Tembikar-tembikar tersebut termasuk dalam kategori peralatan sehari-hari yang berfungsi untuk menampung air, mengolah makanan dan untuk penyajian makanan serta minuman. Tingkat pembakarannya mencapai 600°-800° Celcius, dan wama tembikar didominasi warna gelap (dark colors) dibanding dengan warna terang (light colors). Adanya perbedaan prosentase dari setiap unsur kimia pada tembikar tersebut, tidak terlepas dari daya tahan mineral terhadap pelapukan.
Item Description:http://repositori.kemdikbud.go.id/1337/1/kalpataru%20no%2024%2C%20vol%201.pdf