Situs Liyangan dan kita

Ketika menyusun photobook situs Liyangan seri yang pertama pada tahun 2016, saya merasakan berbagai beban bertumpu pada punggung; suatu pekerjaan yang rasanya terlampau sulit untuk diselesaikan. Bagaimana tidak, informasi suatu proses dan hasil penelitian harus disampaikan sekaligus melalui susunan...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Riyanto, Sugeng (Author)
Other Authors: Tjahjono, Baskoro Daru (Contributor)
Format: Academic Paper
Published: Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019-10-13.
Subjects:
Online Access:Get Fulltext
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Ketika menyusun photobook situs Liyangan seri yang pertama pada tahun 2016, saya merasakan berbagai beban bertumpu pada punggung; suatu pekerjaan yang rasanya terlampau sulit untuk diselesaikan. Bagaimana tidak, informasi suatu proses dan hasil penelitian harus disampaikan sekaligus melalui susunan foto-foto dan gambar. Bukan hanya itu, rentang penelitian juga tergolong panjang, yaitu sejak 2009 hingga 2016. Dari semua itu, ini yang menjadi beban terberat: "mengais" dan memilih foto yang akan disusun dari belasan ribu ekspose dan tersimpan di satu PC, dua laptop, dan tiga penyimpanan eksternal, masih ditambah hasil hunting khusus, untuk melengkapi cerita. Photobook itu, "Liyangan: Kini, Doeloe, dan Esok" akhirnya dapat dituntaskan setelah ditelateni tidak kurang dari delapan bulan dan didukung oleh banyak pihak. Jerih dan payah terbayar lunas oleh antusias masyarakat dalam menyambut photobook seri pertama, hingga harus dicetak ulang pada tahun 2018. Pada seri pertama, pemilihan dan susunan foto tidak hanya diarahkan untuk memandu pembaca dalam memahami situs Liyangan tetapi juga sengaja digunakan untuk "menyimpan" dokumen, terutama foto dengan momentum yang tidak mungkin diulang. Tidak sedikit memang hal itu terjadi karena dinamisnya pekerjaan tambang pasir yang pada awal penelitian sangat cepat mengubah wajah situs. Oleh karena itu seri pertama berisi tidak kurang dari 200 ekspose foto. Photobook situs Liyangan seri ke-dua ini, meskipun bebannya tidak seberat yang pertama tetapi tetap saja harus disusun dengan ketelatenan yang sama. Seri ini "hanya" berisi 129 foto, 106 diantaranya merupakan foto karya penulis, dan mulai ditampilkan hasil foto dengan menggunakan drone. Selain itu, rentang tahapan penelitian juga "hanya" meliputi tahun 2017 dan 2018. Balar DIY bukanlah satu-satunya institusi yang menangani situs Liyangan. Tercatat setidaknya ada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BCPB) Jawa Tengah, Balai Konservasi Borobudur, Pemerintah Kabupaten Temanggung, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, bahkan Pemerintah Desa Purbosari, turut berperan dalam "memanggungkan" peradaban Liyangan kuno. Dalam keseharian, Tim Peduli Situs Liyangan yang dibentuk oleh Kepala Desa Purbosari memiliki peran strategis, baik dalam menjaga situs maupun dalam proses ekskavasi, bersama dengan warga Dusun Liyangan yang lain. Oleh karena itu photobook seri ke-dua diberi judul "Situs Liyangan dan Kita", cerminan jalinan peran berbagai stakeholders dalam mengelola situs Liyangan. Saya menyadari sepenuhnya bahwa isi buku yang terdiri atas rangkaian foto ini belum sepenuhnya dapat menggambarkan proses dan hasil penelitian dari tahun 2017 dan 2018. Begitu juga dengan keterlibatan berbagai stakeholders, tentu belum tergambarkan secara utuh peran "kita" semua. Setidaknya, seri ini dapat menjadi bahan bagi para pembaca untuk dapat mengikuti perkembangan hasil penelitian dan pelestarian, serta turut mengawal masa depan Situs Liyangan. Kalau bukan kita, siapa lagi ?
Item Description:http://repositori.kemdikbud.go.id/16366/1/Liyangan%20dan%20Kita%20-%20a%20Photobook.pdf