PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA DEWADARU KARIMUNJAWA

Sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia, kepulauan Karimunjawa berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing dengan pertumbuhan sekitar 40 persen per tahun (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Jepara). Disamping itu, berbagai s...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Kanidya Putri, Zahra (Author), Nugroho, Satrio (Author), Hartuti Wahyuningrum, Sri (Author)
Format: Academic Paper
Published: 2015.
Subjects:
Online Access:http://eprints.undip.ac.id/46130/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia, kepulauan Karimunjawa berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing dengan pertumbuhan sekitar 40 persen per tahun (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Jepara). Disamping itu, berbagai sektor kegiatan perekonomian juga terus berkembang. Untuk dapat menunjang berbagai kegiatan di daerah ini Karimunjawa dituntut untuk memiliki sarana dan prasarana transportasi yang baik. Akses menuju kepulauan Karimunjawa ini hanya dapat ditempuh dengan perjalanan udara dan laut saja. Namun, mengingat perjalanan laut pada perairan jawa kerap dihambat oleh cuaca dan ombak tinggi sehingga jadwal perjalanan laut menjadi tidak menentu, maka perjalanan udara yang cenderung lebih stabil merupakan alternatif yang efektif dan berpeluang untuk berkembang. Sebagai sebuah kepulauan, Karimunjawa telah memiliki sebuah bandara, yaitu Bandara Dewadaru. Bandara Dewadaru diklasifikasikan sebagai bandara perintis dengan kelas 4B yang dimaksudkan bahwa bandar udara ini dapat menampung maksimal 100.000 orang pertahun. Namun fasilitas pada bandara ini tidak memenuhi standard dan kurang memadai, sedangkan prediksi permintaan rute penerbangan dari dan ke Karimunjawa dipastikan akan mengalami peningkatan kedepannya. Banyak pula bandar udara di Indonesia yang tidak terlalu memperhatikan sisi non-aero (sisi komersial) dari suatu terminal penumpang. Hal ini terlihat bahwa tidak ada space yang diberikan untuk mengakomodir bagian non-aero tersebut, termasuk pada Bandar Udara Dewadaru ini. Bandar udara di Indonesia memang masih sangat mengandalkan pemasukan dari bagian aero (pesawat datang-pergi). Padahal di bandar udara modern di dunia seperti di Bandar Udara Amsterdam Schiphol, bagian pemasukan non-aero sudah mencapai 51% dibandingkan dengan pemasukan dari sisi aero yang hanya 49% (Mathis Guller, 2003).
Item Description:http://eprints.undip.ac.id/46130/1/01_Cover__Zahra_Kanidya_Putri_-_21020111140173_.pdf
http://eprints.undip.ac.id/46130/2/03_Abstrak__Zahra_Kanidya_Putri_-_21020111140173_.pdf
http://eprints.undip.ac.id/46130/3/06_BAB_I__Zahra_Kanidya_Putri_-_21020111140173_.pdf
http://eprints.undip.ac.id/46130/4/07_BAB_II__Zahra_Kanidya_Putri_-_21020111140173_.pdf
http://eprints.undip.ac.id/46130/5/08_BAB_III__Zahra_Kanidya_Putri_-_21020111140173_.pdf
http://eprints.undip.ac.id/46130/6/09_BAB_IV__Zahra_Kanidya_Putri_-_21020111140173_.pdf
http://eprints.undip.ac.id/46130/7/10_BAB_V__Zahra_Kanidya_Putri_-_21020111140173_.pdf
http://eprints.undip.ac.id/46130/8/11_Daftar_Pustaka__Zahra_Kanidya_Putri_-_21020111140173_.pdf
http://eprints.undip.ac.id/46130/9/12_Lampiran__Zahra_Kanidya_Putri_-_21020111140173_.pdf