Sakralisasi Abhekalan dan Desakralisasi Nikah dalam Perspektif Gender bagi Masyarakat Muslim Madura di Jember
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS 2016 "INTEGRASI DISIPLIN ILMU KEISLAMAN DALAM KONTEKS POTENSI MADURA"
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Academic Paper |
Published: |
2017-04-21T03:36:43Z.
|
Subjects: | |
Online Access: | Get Fulltext |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
LEADER | 02258 am a22002293u 4500 | ||
---|---|---|---|
001 | repository_unej_123456789_80075 | ||
042 | |a dc | ||
100 | 1 | 0 | |a Wildana, Dina Tsalist |e author |
245 | 0 | 0 | |a Sakralisasi Abhekalan dan Desakralisasi Nikah dalam Perspektif Gender bagi Masyarakat Muslim Madura di Jember |
260 | |c 2017-04-21T03:36:43Z. | ||
500 | |a 978-602-60804-0-0 | ||
500 | |a http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80075 | ||
520 | |a PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS 2016 "INTEGRASI DISIPLIN ILMU KEISLAMAN DALAM KONTEKS POTENSI MADURA" | ||
520 | |a Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan abhekalan bagi masyarakat Muslim Madura di Jember, 2) proses sakralisasi abhekalan dan desakralisasi nikah, 3) abhekalan dalam perspektif gender. Metode penelitian sosiologis yang digunakan untuk melihat kehidupan dan perilaku masyarakat. Sumber data diperoleh melalui observasi dan wawancara kemudian dianalisi secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan abhekalan bagi masyarakat Muslim Madura di Jember melalui tahapan ngen-ngangen (mencari dan menyebarkan informasi), minta‟ (pihak lakilaki mengutus orang lain untuk menyampaikan pesan kepada keluarga perempuan, bahwa laki-laki tersebut akan datang melamar) , lamaran (Pernyataan keluarga laki-laki untuk melamar perempuan), abhekalan (pihak perempuan menerima lamaran laki-laki) , maen telas (bersilaturahmi pada saat lebaran). Proses sakralisasi abhekalan terjadi dengan cara menjadikan nikah yang sacral sebagai alat penjaga agar hubungan abhekalan terbebas dari dosa. Disisi lain desakralisasi nikah terjadi karena nikah yang suci justru dibatasi dengan berbagai aturan untuk melanggengkan abhekalan. Dalam perspektif gender, abhekalan menempatkan perempuan dalam posisi yang diskriminatif yaitu stereotype (stigma menjadi perawan tua), subordinasi (perempuan harus dilindungi), marginalisasi (perempuan akan berada di dapur), kekerasan (perjodohan paksa). | ||
546 | |a id | ||
690 | |a abhekalan | ||
690 | |a sakralisasi | ||
690 | |a desakralisasi | ||
690 | |a diskriminasi terhadap perempuan | ||
655 | 7 | |a Prosiding |2 local | |
787 | 0 | |n http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80075 | |
856 | 4 | 1 | |u http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80075 |z Get Fulltext |