RECOVERY PERAK MENGGUNAKAN METODE LEACHING PELARUT TIOSULFAT DARI LOGAM PERAK MURNI

Recovery Perak Menggunakan Metode Leaching Pelarut Tiosulfat dari Logam Perak Murni; Arum Meta Mega Sari, 131810301006; 2018: 41 halaman; Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Perak merupakan salah satu logam transisi dalam unsur periodik yang terletak pada...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Sari, Arum Meta Mega (Author)
Other Authors: Haryati, Tanti (Contributor), Andarini, Novita (Contributor)
Format: Academic Paper
Published: 2018-07-25T02:25:55Z.
Subjects:
Online Access:Get Fulltext
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
LEADER 04955 am a22002173u 4500
001 repository_unej_123456789_86378
042 |a dc 
100 1 0 |a Sari, Arum Meta Mega  |e author 
100 1 0 |a Haryati, Tanti  |e contributor 
100 1 0 |a Andarini, Novita  |e contributor 
245 0 0 |a RECOVERY PERAK MENGGUNAKAN METODE LEACHING PELARUT TIOSULFAT DARI LOGAM PERAK MURNI 
260 |c 2018-07-25T02:25:55Z. 
500 |a http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/86378 
520 |a Recovery Perak Menggunakan Metode Leaching Pelarut Tiosulfat dari Logam Perak Murni; Arum Meta Mega Sari, 131810301006; 2018: 41 halaman; Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Perak merupakan salah satu logam transisi dalam unsur periodik yang terletak pada periode 5 dan golongan 11 blok-d. Secara umum terdapat 3 jenis perak murni yaitu sterling silver, coin silver dan fine silver. Metode leaching merupakan salah satu metode ekstraksi perak yang sederhana dan ramah lingkungan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa persentase Ag hasil leaching pada konsentrasi konsentrasi Cu 0,1 M, amonia 0,6 M dan tiosulfat 0,5 M diperoleh persentase Ag hasil leaching sebesar 47% selama 6 jam. Berdasarkan penelitian tersebut maka untuk meningkatkan nilai efektifitas hasil leaching dilakukan penelitian dengan penambahan oksidator Cu(NH3)4 2+ sesuai dengan perbandingan mol Cu dan amonia agar tidak ada amonia berlebih yang digunakan. Pada penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi tiosulfat tanpa oksidator untuk memperoleh konsentrasi optimum tiosulfat, selanjutnya dilakukan penambahan oksidator Cu(II) dan variasi amonia sesuai dengan perbandingan mol amonia dan Cu(II) untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan amonia terhadap efektifitas leaching yang dihasilkan. Kompleks Ag(S2O3)2 3- yang dihasilkan kemudian dilakukan proses merril crowe untuk memperoleh kembali perak dalam bentuk padatan. Leaching perak menggunakan pelarut tiosulfat membentuk kompleks Ag(S2O3)2 3-. Pada penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama penentuan konsentrasi optimum tiosulfat, variasi konsentrasi tiosulfat yang digunakan adalah 0,01; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6 M. Setelah diperoleh konsentrasi optimum dari tahap pertama, maka dilakukan penambahan oksidator yaitu amonia dan Cu(II) sesuai dengan perbandingan mol amonia dan Cu (II) Variasi konsentrasi amonia yang digunakan adalah 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 M. Kompleks Ag(S2O3)2 3- yang diperoleh selanjutnya dipisahkan menggunakan metode merril crowe dengan menambahkan serbuk Zn sebanyak 0,0162 gram ke dalam larutan sehingga diperoleh Ag kembali dalam bentuk padatan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh konsentrasi optimum tiosulfat pada konsentrasi 0,4 M dengan efektifitas sebesar 19,68% dan mengalami penurunan setelah konsentrasi tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi tiosulfat yang digunakan, maka proses pembentukan sulfur akan terjadi lebih cepat kemudian sulfur tersebut akan melapisi permukaan logam sehingga menghentikan proses ekstraksi. Selanjutnya proses leaching dengan penambahan oksidator menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi amonia yang digunakan maka efektifitasnya juga meningkat mencapai 79,24%, tetapi mengalami penurunan pada konsentrasi amonia 0,5 M. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi amonia maka kompleks Cu(NH3)4 2+ yang berperan sebagai oksidator juga akan bertambah banyak, sehingga semakin banyak kompleks Cu(NH3)4 2+ yang terbentuk maka jumlah Ag yang teroksidasi juga bertambah banyak. Ion Ag+ yang dihasilkan akan membentuk kompleks Ag(NH3)2 +, kemudian dengan adanya ion tiosulfat berlebih akan membentuk suatu kompleks Ag(S2O3)2 3- yang lebih stabil. Pada konsentrasi amonia 0,5 M mengalami penurunan hasil ekstraksi, hal ini disebabkan karena pada konsentrasi amonia yang tinggi akan mengurangi kestabilan kompleks Cu(NH3)4 2+ dalam larutan. Selain itu, juga akan terbentuk padatan (NH4)5Cu(S2O3)3 yang akan melapisi permukaan logam Ag sehingga menghentikan proses ekstraksi. Proses pemisahan kompleks Ag(S2O3)2 3- hasilnya adalah berbanding lurus dengan jumlah kompleks Ag(S2O3)2 3- yang dihasilkan dari proses leaching. Selain logam Ag, dari proses merril crowe juga dihasilkan logam Cu karena logam Cu sendiri memiliki nilai potensial reduksi lebih positif daripada Zn sehingga logam Cu juga akan ikut terendapkan. Logam Ag yang dihasilkan dari proses merril crowe selanjutnya dilakukan uji kemurnian. Hasilnya menunjukkan nilai kemurnian yang diperoleh dari proses leaching tanpa oksidator lebih rendah dibandingkan dengan oksidator yaitu sekitar 94,43% dan 95,16%. 
546 |a id 
690 |a LOGAM PERAK MURNI 
690 |a PELARUT TIOSULFAT 
690 |a RECOVERY PERAK 
655 7 |a Undergraduat Thesis  |2 local 
787 0 |n http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/86378 
856 4 1 |u http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/86378  |z Get Fulltext