POTENSI KONFLIK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK DI KOMPLEK PONDOK HIJAU INDAH DESA CIWARUGA

Konflik merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan bermasyarakat, terutama di Negara Indonesia yang masyarakatnya sangat multikultural. Perbedaan agama pun dapat menjadi potensi konflik, termasuk mengenai problematika pendirian rumah ibadah. Penelitian ini membahas salah satu kasus ren...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Dea Anggraeni, - (Author)
Format: Academic Paper
Published: 2019-08-26.
Subjects:
Online Access:http://repository.upi.edu/4764/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Konflik merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan bermasyarakat, terutama di Negara Indonesia yang masyarakatnya sangat multikultural. Perbedaan agama pun dapat menjadi potensi konflik, termasuk mengenai problematika pendirian rumah ibadah. Penelitian ini membahas salah satu kasus rencana pembangunan gereja Katolik di Komplek Pondok Hijau Indah yang mendapat penolakan dari warga. Penelitian ini berlokasi di RW 19 Dusun IV Desa Ciwaruga, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif. Desa Ciwaruga termasuk dalam salah satu daerah dimana warganya terdiri dari beberapa pemeluk agama, diantaranya Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha dan Kong Hu Chu, dimana mayoritas warganya beragama Islam. Di Desa Ciwaruga tidak terdapat rumah ibadah selain masjid, meskipun pada umumnya warga merasa tidak keberatan jika terdapat penganut agama lain yang akan mendirikan rumah ibadah asalkan mengikuti peraturan yang berlaku dan proporsional. Adapun perencanaan dan penolakan pembangunan gereja di komplek Pondok Hijau Indah berpotensi terhadap konflik disebabkan beberapa hal: (1) Adanya kesalahan prosedural baik dalam perencanaan maupun penolakan pembangunan gereja, seperti adanya indikasi pemalsuan data, (2) Stereotipe negatif dari warga terhadap pihak panitia pembangunan gereja, (3) Kecemburuan sosial dari warga, khususnya penganut agama Islam, (4) Banyaknya isu dan hoax yang menyebar dalam masyarakat, (5) Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah, (6) Sentimen keagamaan dari penganut agama Islam untuk menjaga akidahnya, meskipun ini bukan menjadi faktor utama dalam penolakan. Hubungan warga antarpenganut agama di Desa Ciwaruga khususnya RW 19 Dusun IV setelah adanya penolakan pembangunan gereja tidak mengalami masalah, karena kebanyakan dari penganut agama Katolik tinggal di wilayah komplek sehingga jarang berinteraksi dengan warga lainnya yang berada di perkampungan.;-- Conflict is an unavoidable thing in social life, especially in Indonesia where the community is very multicultural. Religious differences can also be a potential conflict, including the problems with the construction of places of worship. This study discusses one case of the plan to build a Catholic church in the Pondok Hijau Indah Complex which was rejected by residents. This research is located in RW 19 Dusun IV Ciwaruga Village, the researcher uses a qualitative approach with descriptive study methods. Ciwaruga Village is included in one of the areas where its citizens consist of several adherents of religion, including Islam, Catholicism, Christianity, Hinduism, Buddhism and Kong Hu Chu, where the majority of its citizens are Muslim. In Ciwaruga Village there are no houses of worship other than mosques, although in general residents feel no objection if there are followers of other religions who will establish houses of worship as long as they follow applicable and proportional regulations. The planning and refusal of church construction in the Pondok Hijau Indah complex has the potential to conflict due to several things: (1) There are procedural errors both in planning and rejecting church construction, such as indications of data falsification, (2) Negative stereotypes of citizens against the church construction committee , (3) Social jealousy from citizens, especially adherents of Islam, (4) The number of issues and hoaxes that spread in the community, (5) The length of time needed to resolve the problem, (6) The religious sentiments of the adherents of Islam to keep their faith, although this is not a major factor in rejection. Community relations between religious followers in Ciwaruga Village especially RW 19 Dusun IV after the rejection of the construction of the church did not experience a problem, because most of the followers of Catholicism live in complex areas so they rarely interact with other residents in the village.
Item Description:http://repository.upi.edu/40764/6/S_SOS_1507152_COVER.pdf
http://repository.upi.edu/40764/1/S_SOS_1507152_BAB%201.pdf
http://repository.upi.edu/40764/2/S_SOS_1507152_BAB%202.pdf
http://repository.upi.edu/40764/3/S_SOS_1507152_BAB%203.pdf
http://repository.upi.edu/40764/4/S_SOS_1507152_BAB%204.pdf
http://repository.upi.edu/40764/5/S_SOS_1507152_BAB%205.pdf
http://repository.upi.edu/40764/7/S_SOS_1507152_LAMPIRAN.pdf