KESADARAN HUKUM WARGA NEGARA : Studi Kasus Perkawinan Semarga Suku Batak Toba di Desa Simatupang Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

Pada hakikatnya pernikahan Batak Toba bersifat patrilineal. Tujuannya ialah melestarikan marga suami di dalam garis keturunan. Menurut peraturan hukum keluarga, seorang laki-laki yang akan membawa garis keturunan dalam silsilah Batak Toba. Hukum eksogami sudah melekat dalam diri setiap orang Batak T...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Yuditha Sari Aritonang, - (Author)
Format: Academic Paper
Published: 2019-08-29.
Subjects:
Online Access:http://repository.upi.edu/41357/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
LEADER 04996 am a22002773u 4500
001 repoupi_41357
042 |a dc 
100 1 0 |a Yuditha Sari Aritonang, -  |e author 
245 0 0 |a KESADARAN HUKUM WARGA NEGARA : Studi Kasus Perkawinan Semarga Suku Batak Toba di Desa Simatupang Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara 
260 |c 2019-08-29. 
500 |a http://repository.upi.edu/41357/1/T_PKN_1707401_Title.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/41357/2/T_PKN_1707401_Chapter1.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/41357/3/T_PKN_1707401_Chapter2.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/41357/4/T_PKN_1707401_Chapter3.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/41357/5/T_PKN_1707401_Chapter4.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/41357/6/T_PKN_1707401_Chapter5.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/41357/7/T_PKN_1707401_Appendix.pdf 
520 |a Pada hakikatnya pernikahan Batak Toba bersifat patrilineal. Tujuannya ialah melestarikan marga suami di dalam garis keturunan. Menurut peraturan hukum keluarga, seorang laki-laki yang akan membawa garis keturunan dalam silsilah Batak Toba. Hukum eksogami sudah melekat dalam diri setiap orang Batak Toba hingga saat ini sehingga muncul ketakutan untuk melanggarnya. Alasan untuk benar-benar mematahkan ikatan eksogami adalah rasa takut akan meledaknya roh para leluhur. Rasa takut itu semakin meningkat oleh munculnya beberapa kasus yaitu pelanggaran sengaja yang dilakukan oleh beberapa pasangan terhadap larangan marsubang (tabu) yang berakhir buruk bagi para pelakunya. Kejadian yang dianggap melanggar nilai budaya suku Batak Toba adalah terjadinya pernikahan yang masih dalam sistem kekerabatan yang dekat. Hal ini dianggap sebagai pelanggaran norma adat yang berlaku di dalam masyarakat. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya ada banyak nilai-nilai kebaikan yang berlaku dalam adat istiadat Batak Toba yang kemudian dicemari dengan pernikahan semarga. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diketahui faktor penyebab terjadinya perkawinan semarga pada suku Batak Toba di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara serta dampak dari terjadinya perkawinan semarga suku Batak Toba terhadap kesadaran hukum adat masyarakat di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian mengenai kesadaran hukum masyarakat melalui studi kasus perkawinan suku Batak Toba dilakukan di desa Simatupang, Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Teknik pengumpulan data digunakan dengan metode kualitatif dimana peneliti melakukan observasi, studi dokumentasi, wawancara dan partisipasi untuk lebih mendalami masalah yang sedang diteliti. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah mengetahui cara meningkatkan kesadaran hukum adat terhadap kasus perkawinan semarga suku Batak Toba di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara.;--In essence the Toba Batak marriage was patrilineal. The aim is to preserve the clan of the husband in the lineage. According to family law, a man who will carry the lineage in the Toba Batak lineage. The law of exogamy has been inherent in every Toba Batak person so far, there is a fear of breaking it. The reason for truly breaking the exogamous bond is the fear of the explosion of the spirits of the ancestors. The fear is increasing by the emergence of several cases, namely deliberate violations committed by several couples against the ban on marriages (taboos) which ended badly for the perpetrators. The incident which violates the cultural values of the Toba Batak tribe is the occurrence of marriage which is still in the close kinship system. This is considered a violation of customary norms that apply in the community. As previously explained, there are many good values that apply in the Toba Batak customs which are then polluted with weddings as high as. Through this research, it is expected to be able to know the causes of the occurrence of the highest rates of marriage in the Toba Batak tribe in the District of North Tapanuli Muara and the impact of the occurrence of the marriage of the Toba Batak tribe to the awareness of customary law in the District of North Tapanuli. Research on community legal awareness through the marriage case study of the Toba Batak tribe was carried out in the village of Simatupang, Muara District, North Tapanuli Regency. Data collection techniques are used with qualitative methods where researchers conduct observations, study documentation, interviews and participation to further explore the problems being studied. The general objective to be achieved in this study in general is to know how to increase customary law awareness of marriages as high as the Toba Batak tribe in Muara District, North Tapanuli Regency. 
546 |a en 
690 |a GT Manners and customs 
690 |a HQ The family. Marriage. Woman 
655 7 |a Thesis  |2 local 
655 7 |a NonPeerReviewed  |2 local 
787 0 |n http://repository.upi.edu/41357/ 
787 0 |n http://repository.upi.edu 
856 4 1 |u http://repository.upi.edu/41357/